Rifki Tegila
2/07/23, 2/07/2023 WIB
Last Updated 2023-02-07T08:53:29Z
EsaiSports

ABANG OLONG

Dokomentasi Saat Abang Olong Melatih


Saya mengenal Abang Olong sudah dari masih dibangku Sekolah Dasar. Seorang pemain bola yang populer di masa mudanya. Namanya menggema disetiap dia berlaga dalam pertandingan.

 

Rasanya, akan panjang sekali saya menuliskan catatan ini jika saya mengulik kehidupan dan perjalanan Abang Olong sebagai aktor tunggal lapangan hijau. Tapi, ijinkan saya menuliskan sebaris catatan, ini adalah kegigihan dan konsistensi seorang Abang Olong dalam merawat dan menjaga, memelihara sepakbola kita.

 

Di Kuhanga, di Bintauna, sepakbola tumbuh laksana pohon beringin yang rimbun daunnya, yang tertanam menancap dalam-dalam ketanah. Daunnya ibarat pemain-pemain sepakbola, dan akarnya ibarat kecintaan orang-orang terhadap olahraga ini yang sudah mengakar.

 

Konon, di Tahun-tahun itu (1980-2000) olahraga sepakbola berada di puncaknya sebagai olahraga pemersatu. Bahkan disetiap tahunnya, di Bintauna olahraga sepakbola dinobatkan sebagai olahraga tahunan. Sampai dengan saat ini.

 

Dia adalah Olong Laurestabo, baginya sepakbola bukan hanya sekadar olahraga semata. Tetapi sesuatu yang hidup yang memberikan dia kehidupan. Lelaki yang lahir dan tumbuh dari keluarga tani di Kuhanga, memahami benar apa itu kerja keras.

 

Semasa kecilnya, disaat sepakbola adalah olahraga yang sudah populer dan dimainkan oleh banyak orang, dia hidup menempa dirinya menjadi seorang pemain bola. Dia percaya pada kekuatan mimpi yang kelak membawanya menggapai semua impian. Abang Olong memulai karir sepakbolanya degan klub Inapita. Hingga akhirnya dia tumbuh menjadi pemain yang melebihi ekspektasinya sendiri.

 

Saya sudah mendengar dari mulut-kemulut, Klub sepakbola Inapita Kuhanga adalah Klub Sepakbola terbaik di Bolaang Mongondow. Dari posisi penjaga gawang hingga penyerang, Inapita adalah Klub mematikan bagi kub-klub lain yang menjadi lawannya.

 

Di generasi pertama, klub Inapita ini sudah berhasil melahirkan pemain-pemain bola berkelas. Saya tidak pernah menyaksikannya langsung, tapi jika kita mendengar pernah ada pemain bola dengan kontrol bola terbaik, bahkan bisa melewati 5 sampai 6 penjagaan dengan mudah, itu adalah Baks. Atau, gelandang tengah dengan penguasaan bola dan akurasi umpan tendangan bebas, itu adalah Saprudin. Lebih dari itu, masih banyak nama-nama lagi. Tak terkecuali, diantara banyak nama-nama itu, disana terpatri ingatan tentang Abang Olong.

 

Dimasa mudanya, Abang Olong adalah jenderal lapangan hijau. Kini diusianya yang tak lagi muda, nalar sepakbolannya mengangkasa. Dia menjadi seorang pelatih, dari generasi ke generasi. Saya merasakan atsmosfir sudah sejak di bangku SMP berlatih sepakbola dengan Abang Olong.

 

Disaat sepakbola menjadi olahraga yang mendatangkan keuntungan dan profit, disatu sisi Abang Olong dengan konsisten mengumpulkan benih-benih potensi pemain bola. Dari anak-anak yang berusia dasar hingga remaja. Tanpa pamrih dan syarat apapun. Tanpa iuran layaknya sekolah sepakbola umumnya.

 

Dengan keterbatasan sarana dan prasarana, Abang Olong tidak pernah berpantang apalagi menyerah. Berbekal pengalaman sebagai pemain bola, naluri menjadi pelatih akhirnya membuahkan hasil. Kita patut berbangga, pernah dalam satu kesempatan, Club Sepakbola yang di latihnya beberapa kali berlaga di kanca nasional. Menjadi yang terbaik.

 

Saya sekali pernah bertanya, lantas kenapa Abang Olong tidak pernah tertarik untuk mengambil sertifikasi sebagai pelatih professional. Disini saya mendapatkan jawaban, Abang Olong jelas menjadikan sepakbola sebagai kualitas dan efisiensi.

 

Sepakbola adalah arena setiap orang bisa bermain lepas dengan penuh kegembiraan. Abang Olong selalu memiliki metode khusus untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi pemain yang dilatihnya. Tak perlu diragukan, hasil dari latihan-latihan itu, kita bisa menyaksikan, dalam pertandingan sebuah Tim sedemikian anggun memperagakan taktik dan teknik baik individu maupun tim.

 

Sebagai orang yang menyukai olahraga sepakbola, saya terkagum, menyaksikan kegigihan dan konsistensi seorang Abang Olong. Dia sungguh memperlihatkan kesungguh-sungguhanya dalam melatih, memberikan seluruh waktu luangnya. Mendedikasikan dirinya.

 

Abang Olong jelas tahu, dia tidak bisa memastikan seberapa besar hasil yang akan didapatkan jika tidak dilewati dengan usaha-usaha dan upaya. Di raut wajah yang beranjak menua seorang Abang Olong, terlihat jelas, seakan mengandung makna, dalam sepakbola akhir selalu ditentukan oleh awal.

 

Seperti pepatah bijak, “Dalam bola, siapa yang memberikan segalanya pada awalnya, maka akan memperoleh ganjaran pada akhirnya.” Dalam istilahnya hukum tabur tuai, apa yang ditanam kelak itu juga buah yang akan dipetik.

 

Sikap sukarela yang dilakukan Abang Olong perlu dan patut kita apresiasi. Ditengah hiruk pikuk dan ketidakpastian sepakbola, kita selalu memiliki harapan-harapan yang datang dari sebagian kecil orang–orang di negeri ini yang mencintai sepakbola dengan sepenuh hati.

Sepakbola memang selalu serupa bandul taqdir yang mengayun dan menunjukan banyak sisi kemanusiaan, dan disetiap sisi itu kita selalu melihat kelebihan dan kekurangannya.

 

Abang Olong mungkin tak sebanding dengan Benny Dollo, Nandar Iskandar, atau Bima Sakti. Tetapi sikap, tekad dan karakter yang diperlihatkan Abang Olong tak beda layaknya Mourinho, Ferguson dan guardiola.

 

Abang Olong adalah pelatih yang memiliki optimisme kuat serta visi untuk maju kedepan. Pelatih dengan kekuatan karakter pantang menyerah dan selalu menyerap energi dari setiap peristiwa dan pengalaman.

Takzim, Abang Olong.