Ersad Mamonto
1/24/22, 1/24/2022 WIB
Last Updated 2022-01-23T18:57:20Z
Sosbud

Ki Gunta Manusia Super di Tanah Bolang Itang

Ilustrasi Gunta (Terasinomasa.club/Ersyad Mamonto)

Beragam fenomena budaya dan mitos yang berkembang di tanah Bolang Itang pada dasarnya merupakan perwujudan nalar manusia itu sendiri. Satu hal yang menarik adalah kenyataan bahwa nalar manusia itu dapat ditelusuri melalui cerita rakyat, dongeng, atau mitos. Sedangkan mitos yang berkembang di masyarakat Bolang Itang adalah ekspresi atau perwujudan dari keinginan-keinginan yang tidak disadari, yang sedikit banyak tidak konsisten, tidak sesuai, tidak klop dengan kenyataan sehari-hari.

Salah satu contoh cerita rakyat yang sangat populer di kalangan masyarakat Bolang Itang adalah kisah seorang manusia campuran yang suatu waktu bisa berubah menjadi manusia raksasa yang masyarakat Bolang Itang menyebutnya Bay Gunda atau Ki Gunta.

Pada zaman dulu di tanah Bolang Itang memiliki salah seorang wanita cantik yang bernama Puteri Hemango. Pada saat itu setiap wanita yang masih gadis ada kebiasaan unik, yaitu menghias tempat berteduh mereka saat mulai memanen padi, orang Bolang Itang menyebutnya ‘Tangga’ salah satu tempat berteduh untuk menghindari sengatan matahari secara langsung. Rumah kecil tersebut terbuat dari daun seho atau daun dari pohon aren yang kemudian ditumpuk-tumpuk dengan batang padi yang berbentuk menyerupai huruf ‘A’ dan dihias dengan berbagai macam bunga sehingga membuat rumah kecil tersebut nampak sangat cantik dilihat. Dan itu juga merupakan salah satu cara wanita-wanita tersebut untuk menarik perhatian lelaki-lelaki yang mereka sukai kala itu.

Di antara hiasan-hiasan bunga dari rumah kecil itu, ada salah satu yang sangat menarik untuk dilihat, yaitu milik dari Puteri Hemango tersebut. Dan ternyata dari kejauhan sudah ada yang dari tadi meperhatikan rumah kecil milik Puteri Hemango itu, ia merupakam sesosok Jin yang menyerupai seorang pemuda tampan nan gaga perwujudan dari mahluk mitologi ditanah Bolang Itang yaitu Manggubi sesosok kera raksasa yang mampu merubah wujud menjadi manusia.

Kemudian Manggubi yang menyerupai pemuda tampan tersebut menghampiri rumah kecil milik Puteri Hemango. Saat Hemango pertama kali melihat pemuda tersebut langsung jatuh cinta, begitu pun sebaliknya.

Berjalannya waktu mereka saling mengenal satu sama lain dan akhirnya menikah. Dari pernikahaan mereka lahirlah seorang bayi laki-laki manusia campuran yang sekarang masyarakat Bolang Itang mengenalnya dengan Bay Gunda/Ki Gunta. Nama Gunta diambil dari kebiasaan bayi tersebut karena setiap kali lapar selalu mengucapkan kata ‘Mo gunda, mo  gunda’ yang artinya ingin makan daging mentah, karena darah Manggubi dari Ayahnya mengalir dalam tububnya.

Lama kelamaan bayi Ki Gunta tumbuh besar seperti anak-anak pada umumnya. Namun bedanya, tubuhnya memiliki ukuran yang cukup besar dari anak-anak lainya. Berjalannya waktu, Ki Gunta tumbuh dewasa dengan sangat cepat dari dugaan ibunya. Saat ibunya meninggal dan ayahnya pergi entah kemana Ki Gunta memilih mendiam diri disalah satu tempat yang namanya tidak bisa disebutkan oleh masyarakat Bolang Itang.

***

Saat terjadi peristiwa pembantaian masyarakat Bolaang Itang, Ki Gunta kembali menampakan diri untuk melakukan perlawanan demi mencegah kekacauan yang diperbuat oleh Togi Huta. Ia terus melawan, melawan dan melawan. Sebagai pahlawan dan juga manusia darah campuran, ia harus mengorbankan nyawa untuk masyarakat Bolang Itang tercinta. Itulah tanggung jawab yang ia putuskan secara sepihak, tanpa menerima bantuan yang selalu ia dapatkan dari masyarakat maupun keluarganya. Gunda mengetahui bahwa terdapat aksi pembantaian di tanah Bolang Itang, dia bergegas menuju kesana dengan menjelma sesosok manusia raksasa yang besar.

"Sialan, itu Gunda! Akan aku musnahkan keparat itu!” seru Togi Huta.

Gunda melangkah hingga membuat tanah bergetar, dengan mata yang tajam ia melihat ke arah Togi Huta yang menodongkan beranekaragam kekuatan kepadanya.

"Menyerahlah kau mahluk perusak.” ucap Gunda dengan dingin.

“Ayo kita adu kekuatan, atau kamu takut?!” ucap Togi Huta dengan angkuhnya.

Gunda menghembuskan nafas kekecewaan, dirinya mencabut sebatang pohon besar dan bergegas untuk menusuk dada Togi Huta yang berada di depannya.

“Sial… dia terlalu kuat….. dunia tidak adil!” ucap Togi Huta kesal.

Togi Huta adalah sosok pahlawan di tanah Totabuan, tetapi tidak diakui masyarakat. Ia merasa bahwa dirinya adalah pahlawan super nan kuat tak terkalahkan dan diimpikan, tetapi kenyataannya dia dianggap sama dengan perusak oleh manusia normal pada umumnya.

“Pergi kau! Enyahlah! Dasar Makhluk biadab!” kata Togi Huta menggertak.

Gunda tidak peduli dengan cacian, yang terpenting adalah dia menyelamatkan jiwa. Tapi, efek samping dari kekuatannya yang ia miliki, kekuatan ini lama-lama membuat dirinya tersiksa. Perlahan, jati dirinya menghilang dan Gunda berubah menjadi mahluk pembunuh yang semakin ditakuti warga.

Tapi, meski seperti itu dirinya tetap berjuang dan berjuang. Ia terus membunuh, terus menghancurkan dan terus melindungi tanpa pamrih. Apa itu pahlawan? Seorang yang rela berkorban demi sertifikat? Seorang yang rela terluka demi ketenaran? Atau seorang yang rela menghancurkan dirinya demi orang lain tanpa pamrih? Jelas, Gunda bukan ketiganya.

Ia hanyalah seorang manusia darah campuran yang memiliki idealis terlalu tinggi dan delusi yang mendarah daging. Tiada satupun manusia yang menghinanya, semua mengapresiasi dirinya namun efek samping dari kekuatannya membuat ia kehilangan nyawa.

Ya, seorang pahlawan yang berusaha untuk melindungi manusia normal memutuskan untuk merengut nyawanya sendiri demi melindungi manusia dari monster yang sesungguhnya.

Hingga kini, Gunta menjadi salah satu ikon bagi kalangan masyarakat Bolang Itang. Dia disebut sebagai pahlawan super tanah adat Binadow.


Penulis,

Herman Dunggio,

Relawan Teras Inomasa & Peserta di Kelas Menulis Sejarah dan Budaya Bintauna, angkatan ke-1